“Orang bodoh akan hancur kecuali orang berilmu. Orang berilmu akan hancur kecuali orang yang mengamalkannya. Orang pengamal ilmu akan hancur kecuali orang yang tulus ikhlas (Mukhlisin)…”

Kutipan hadits diatas, menjadi pondasi utama ISNU Pasuruan dalam meraih NU Award PWNU Jatim katagori karya ilmiah generasi sarjana NU di Kabupaten Pasuruan yang dikomandani oleh Dr. KH. Ahmad Adip Muhdi, M.H.I. sekaligus ketua Yayasan Pondok Pesantren Assholach Kejeron Pasuruan.

Kehadirannya beliau kemarin digubuk kami, merupakan balasan silaturahim saya dengan KH. Muhammad Muslih pengasuh Yahtadi Lumajang dua tahun yang lalu saat bertandang kerumah Prof. KH. Mujab, Ph.D salah satu guru besar UIN Maliki Malang.

Agenda utama beliau, menghadiri halal bi halal alumni Pondok Pesantren Astra Zainab Shidiq Jember yang dihadiri langsung Gus Firjon yang saat ini menjabat sebagai wakil bupati Jember. Kebetulan panitia penyelenggaranya berada di kabupaten Bondowoso. Pepatah bilang, sekali dayung dua pulau terlampaui.

Mumpung berada di Bondowoso, usai halal BI halal beliau road show silaturahim kerumah saudara saudaranya yang berada di kota tape tersebut, tidak terkecuali rumah saya di Prajekan tak luput dari agenda silaturahminya.

Setibanya dirumah, kami mengenang masa kuliah dulu dan pada saat rihlah ilmiah di tiga negara, Singapura, Malaysia dan Thailand. Disamping itu, saya mencoba mengorek rahasia kemenangan ISNU Pasuruan dalam ajang yang cukup spektakuler NU Award yang di adakan PWNU Jatim Indonesia yang langsung diserahkan oleh Gubernur Jatim ibu Khofifah Indraprawansah.

Rupanya rahasia kemenangan sangat sederhana sekali, yaitu tulus ikhlas dalam mengemban amanah tersebut. Tentu dengan ilmu manajemen yang dimilikinya, pasalnya kepakaran doktornya dalam bidang manajemen pendidikan Islam. Koneksitas keilmuannya, masih linier dengan tupoksi amanah yang disandangnya saat ini sebagai ketua ISNU Pasuruan. Hal ini, senada dengan sabda Rasulullah Saw.

“Orang bodoh akan hancur kecuali orang berilmu. Orang berilmu akan hancur, kecuali orang yang mengamalkannya (aplikasi). Dan orang yang mengamalkan ilmunya akan hancur , kecuali orang yang tulus ikhlas (Mukhlisin).”

“Mohon maaf, ISNU Pasuruan yang dikomandoi Anda kemarin dinobatkan sebagai pemenang NU Award PWNU Jatim, kira-kira apa rahasianya?” Tanyaku penasaran.

“Rahasianya adalah tulus ikhlas dalam mengemban amanah tersebut.” Jawabnya diplomatis.

Tentu, takaran narasi tersebut simpel tetapi luwas maknanya. Tidak sekedar ketulusan saja, perlu ditopang dengan berbagai disiplin ilmu keorganisasian yang cukup matang. Bahkan, disela-sela menikmati menu makanan bebek locot di kafe Ayah bunda kota Situbondo yang super pedas alias hot banget, beliau menyampaikan:

“Memang diakui, sebelumnya ISNU Pasuruan sempat vakum. Tetapi berkat sentuhan tangan dinginnya yang sarat dengan profesionalisme, berangsur-angsur merangkak naik hingga pada akhirnya, berkat kerja team yang kompak ISNU Pasuruan meraih NU Award mengalahkan 33 PC ISNU se-Jawa Timur.” Tandasnya penuh retorika manajemen.

Kiprahnya, tidak hanya mampu menerbitkan 13 buku karya sarjana NU Kab Pasuruan, tetapi juga beliau mengembangkan pertanian dan usaha industri lainnya, seperti baju Koko, sarung, songkok dan lain sebagainya berlogo ISNU Pasuruan.

Tak pelak, jika beliau terpilih untuk kedua kalinya pada periode berikutnya karena prestasinya yang gemilang. Menurutnya, barangkali ISNU satu-satunya di Jawa timur bahkan di Indonesia yang mempunyai inisiatif meningkatkan kreativitas dan produktifitas para sarjana NU berkarya menulis buku hingga mencapai 13 karya ilmiah.

Tanpa sadar, perbincangan kami di kafe Ayah bunda kota Situbondo dihentikan oleh kumandang adzan shalat Maghrib. Usai adzan, masih melanjutkan sisa topik diskusi yang belum selesai. Kemudian dilanjutkan shalat Maghrib berjamaah di mushalla yang berada di area kafe Ayah bunda.

Syahdan, obrolan renyah tersebut dihentikan karena beliau harus pulang ke Pasuruan, soalnya masih mau menghadiri rapat organisasi lainnya. Semoga perjalanan pulangnya bersamaan dengan Maunah Allah SWT dan selamat sampai dirumah bertemu keluarga. Amin.

So, silaturahim yang beliau lakukan telah menebar energi dan inspirasi perjuangan dalam kehidupan ini. Saya pinjam istilah bahasa KH. Muhammad Ghazali Utsman disela sela dakwahnya:

“Kalau tidak bisa memberikan manfaat pada orang lain, paling tidak jangan sampai menjadi benalu bagi mereka.”

Pada hakekatnya, orang yang melakukan kebaikan akan kembali pada dirinya sendiri. Begitupun sebaliknya. Sebagaimana firman Allah SWT.

“Jika kalian berbuat baik, kebaikan tersebut akan kembali pada kalian. Sebaliknya, jika kalian berbuat jahat, sudah barang tentu kejahatan tersebut juga akan kembali pada kalian sendiri.”

Salam, al-Mihrab Foundation. Situbondo, 14 Mei 2023
Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA

Bagikan artikel ini ke :