Rupanya, tulisan artikel saya kemarin mendapat respon cepat dari ketua ISNU kabupaten Pasuruan Dr. KH. Adip Muhdi, M.H.I dengan mengirim paket buku kedua yang berjudul Peranan KH. Achmad Siddiq Dalam Pembaharuan Nahdhatul Ulama, al-Durar al-Nabawiyah Syarah al-Arbain al-Nabawiyah, dan Pengembangan Kurikulum Pesantren Muadalah.

Buku pertama, Peranan KH. Achmad Siddiq Dalam Pembaharuan Nahdhatul Ulama, isinya memang tidak perlu diragukan lagi. Isi buku tersebut, merangkum adanya eksistensi ormas terbesar itu dalam peran serta perjuangan NU dalam setiap perodisasi sejarah Indonesia. NU merupakan salah satu garda terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Berkaitan dengan itu, terdapat tokoh tokoh penting yang berjasa dalam kemerdekaan NKRI , sekaligus ada beberapa tokoh yang dinobatkan sebagai pembaharu (mujaddid). Di Indonesia tidak sedikit tokoh yang dipandang sebagai pioner karena gagasannya brilian, salah satunya KH. Achmad Siddiq seorang ulama yang populer dikalangan Nahdhatul Ulama.

Buku kedua, Pengembangan Kurikulum Pesantren Muadalah yang ditulis oleh senior saya dipascasarjana program doktor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Dr. KH. Abdullah Shodiq Ahmad Sahal Basyaiban, M.Pd. Buku ini, merupakan disertasi beliau yang mengupas tuntas tentang landasan pengembangan kurikulum pesantren Muadalah perspektif yuridis, filosofis, sosialis, saintis, dan religius.

Buku ketiga, masih karya beliau yang kali ini beda dengan buku sebelumnya yang full Arabic. Sepertinya, penulis mencermati dan mengomentari (men-syarahi) kitab yang cukup familiar dan fenomenal dikalangan pondok pesantren salafiyah yaitu kitab al-Arbain an-Nawawi. Ada beberapa deretan kitab yang mengomentari tersebut dari beberapa sudut pandang seperti kitab al-Kahfi karya Dr. Abdullah Sahal, MA yang memotret dari sudut pandang asbabul wurudnya.

Sementara, karya Dr. KH. Abdullah Shadiq Basyaiban, M.Pd yang saya baca tadi, memotret kitab al-Arbain an-Nawawi karya imam al-Hafidz al-Faqieh Abu Zakaria Muhyiddin al-Nawawi dari sudut pandang makna lafadh yang tersirat didalamnya dan tupoksi hadits serta perawinya.

Sungguh, alfakir sangat bersyukur sekali atas tiga hadiah buku dan kitab ini untuk memperkuat keilmuan saya yang bersifat literatif dan argumentatif bukan sekedar normatif dan tekstualis. Terlebih lagi, kitab al-Durar al-Nabawiyah memacu semangat saya untuk segara merampungkan dan menerbitkan karya kitab saya yang full Arabic dengan judul “Tadbiru al-Hayat Alaa Fikrati al-Syaklh al-Duktur Aly Jum’at Mesir” yang masih taraf editing.

Alfakir, hanya bisa berdoa semoga amal jariah berupa karya buku dan kitab yang dihadiahkan penulis terutama al-karim Ibnu al-Karim akhina al-kabir Dr. KH. Adip Muhdi, M.H.I selaku ketua ISNU kabupaten Pasuruan yang telah berkenan merespon baik keinginan terbesar alfakir yang terpendam selama ini, menjadi investasi amal dan bekal menghadap Allah SWT kelak di akhir hayatnya. Amin.

Salam, al-Mihrab Foundation. Prajekan, 17 Mei 2023
Oleh : Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA

Bagikan artikel ini ke :