Ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Sarjana Nahdlatul ulama (ISNU) Prof. Dr. Ali Masykur Musa mengajak pengurus ISNU untuk secara kolektif menjalankan tiga pilar yakni ghirah, fikrah dan harokah.
Ia mengingatkan pengurus ISNU yang baru di lantik harus bisa menggerakkan tiga hal untuk menegakkan ajaran Islam Ahlusunah Wal Jamaa’ah An Nahdliyah.
“Ghirah saja tidak cukup karena, masih banyak orang orang NU yang pikirannya tidak singkron dengan fikriahnya NU, maka tugas kita adalah menjalankannya keduanya,” ujarnya pada saat melantik Pengurus Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Pasuruan masa khidmat 2022-2026 di Aula KH Ahmad Djufri PCNU Kabupaten Pasuruan, Sabtu (14/01/2023).
Untuk menjalankan fikrah (pemikiran) lanjutnya, Nahdlatul Ulama senantiasa mengusung nilai-nilai yang berhaluan pada konsep tasammuh (toleran), tawassuth (moderat), tawazzun (seimbang) dan ‘adalah (adil). Artinya, NU tidak condong pada pemikiran-pemikiran liberal ataupun pemikiran-pemikiran radikal.
“Jika keduanya bisa di fahami maka harokah pengurus ISNU harus bergerak sesuai dengan cara NU yakni gerakan yang selaras dan satu koordinasi dengan keorganisasian NU,” ujarnya.
Lebih lanjut mantan ketua umum Pengurus Besar (PB) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mengatakan, dalam khidmat di NU kita harus mengawal agama, negara dan ummat sebab ketiganya ini sangat berkaitan oleh karena itu, harus seimbang dalam mengawal ketiganya.
“Ummat ini butuh tokoh yang fungsinya untuk menujukukan arah kita dalam beragama dan bernegara,”ujarnya.
Oleh karena itu, perbaikan ekonomi ummat harus dipikirkan karena memikirkan ummat itu wajib dan pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memikirkan umnatnya.
“Seorang intelektual tidak boleh jungut hatinya dan otaknya melainkan harus bisa merubah ummat dan semakin taat kepada Allah SWT,” tutupnya.
Dirinya berharap sarjana sarjana NU bisa berfikir, berzikir dan melakukan amal sholeh sebagai mana moto ISNu yang saya buat yang sampai saat ini belum di rubah.
“Setiap berbicara amal pasti sholeh, namun tidak ada artinya jika kita mempunyai amal tetapi tidak memiliki kepeaan terhadap lingkungan sosial masyarakat,” tutupnya.